Sosok

Sosok
Headlines News :

Sosok

Sosok

Bangladesh blokir Youtube terkait menyebarnya video anti-Islam

DHAKA (Arrahmah.com) - Pemerintah Bangladesh telah memblokir jejaring YouTube untuk mencegah warganya menonton atau mengunduh video anti-Islam yang diproduksi di AS dan berisi ejekan terhadap Nabi Muhammad SAW. Mir Mohammaed Monju, juru bicara Perusahaan Telekomunikasi Bangladesh Ltd, mengatakan pemerintah memblokir YouTube Senin malam (17/9). Dia mengatakan keputusan akan tetap berlaku sampai pemberitahuan lebih lanjut. Pada hari Minggu (16/9), para kepala Komisi Telekomunikasi Bangladesh mengatakan pemerintah mengirim surat kepada Google, yang memiliki YouTube, mendesak untuk menghapus video tersebut. Perdana Menteri Sheikh Hasina membuat permintaan yang sama. Bangladesh adalah sebuah negara mayoritas Muslim dengan jumlah 160 juta orang, tetapi diatur oleh undang-undang berdasarkan hukum umum Inggris yang sangat sekuler. (althaf/arrahmah.com)

Udwan: Hak Kembali Suci, Perundingan Sia-sia Lalaikan Bangsa Palestina


Gaza – PIP: Ketua Departemen Urusan Pengungsi di gerakan Hamas, Dr. Isham Udwan menegaskan pentingnya mengefektifkan isu pengungsi Palestina dan hak kembali ke wilayah Palestina bersejarah melalui berbagai macam aksi baik di dalam dan luar negeri. Ia juga menyerukan agar memperhatikan peran komunitas-komunitas Arab di negara-negara Eropa untuk membongkar kejahatan penjajah Israel dan mengembalikan hak Palestina kepada pemiliknya.

Udwan menegaskan dalam wawancaranya dengan koresponden PIP di Gaza bahwa bangsa Palestina sepakat soal hak kembali mereka dan ada usaha melalaikan akan hak kembali itu melalui perundingan sia-sia dengan penjajah Israel.

Kepala Departemen Pengungsi di Hamas ini menegaskan bahwa gerakannya memiliki sikap-sikap politik resmi yang berjuang demi kepentingan pengungsi Palestina. Penegasan Hamas “kami tidak mengakui Israel” menegaskan bahwa Hamas tidak mengakui perampasan hak Palestina.

Berikut petikan wawanaranya:

Setelah 65 tahun Prahara “Nakbah”, pendapat Anda apakah Palestina akan melupakan tanah air mereka?

Sudah pasti tidak. Mereka tidak akan melupakan tanah air mereka dan saksi-saksi hal itu sangat banyak; perayaan mengenang “Nakbah” tahunan, nama-nama kota Palestina yang disematkan kepada sekolah-sekolah, aula, pusat-pusat studi, lembaga dan lain-lain. Ada sebagian lembaga bernama Beisan, Yafa, Haifa yang merupakan kota-kota Palestina yang dirampas Israel. Nama-nama itu masih menyatu dalam ingatan warga Palestina sepanjang waktu. Demikian juga dengan nama-nama kota yang disematkan kepada anak-anak laki-laki dan perempuan. Semua itu menandakan bahwa Palestina memperingati Nakbah dan itu bukan perayaan “kegembiraan” namun peringatakan kesedihan dan tragedi dan prahara. Sudah pasti pula bahwa warga Palestina di Eropa tidak akan melupakan sebab mereka menyelenggarakan konferensi itu setiap tahun yang menghimpun semua warga Palestina di Eropa.

Apa penilaian Anda terhadap dukungan publik Palestina terhadap hak “permanen” kembali warga Palestina?

Kami memastikan dan yakin bahwa bangsa Palestina sepakat soal hak kembali. Namun ada usaha proses pelalaian bagi bangsa Palestina dari hak kembali melalui perundingan sia-sia dengan penjajah Israel. Disamping itu ada sejumlah peristiwa yang memecah perhatian warga Palestina dari tujuan mereka yang utama sebab kejadian-kejadian itu sangat cepat. Namun jika kita lakukan studi soal konsistensi mereka terhadap keputusan hak kembali, maka kita akan temukan mereka memegang teguh hak kembali. Kami di Departemen Pengungsi di Hamas melakukan wawancara dengan 100 nenek Palestina yang pernah menyaksikan peristiwa Nakbah. Kita akan menerbitkan wawancara itu dalam buku dalam waktu dekat. Nenek-nenek itu mengatakan semuanya bahwa mereka tidak akan menerima tanah air penangganti dari tanah air Palestina mereka, meski negeri pengganti itu baik dan bagus. Mereka semua berpegang teguh dengan hak mereka dan ingin kembali ke tanah air mereka dalam waktu dekat dan tidak ada satupun di antara mereka yang berani melangkahi hak itu.

Apa langkah-langkah yang ditempuh Hamas melalui Departemen Pengungsi soal kasus pengungsi?

Hamas memiliki memiliki sikap-sikap politik resmi yang berjuang demi kepentingan pengungsi Palestina. Penegasan Hamas “kami tidak mengakui Israel” menegaskan bahwa Hamas tidak mengakui perampasan hak Palestina. Hamas berpegang teguh dengan hak kembali. Hamas mengamati perkembangan masalah ini termasuk soal penguasan UNRWA terhadap layanannnya kepada pengungsi Palestina.

Adakah aksi resmi soal isu soal pengungsi dan hak kembali mereka?

Sejak tiga tahun lalu, pemerintah Palestina di Gaza menggelar peringatan Nakbah yang diselenggarakan oleh komisi tinggi, digelar tiga kali konferensi, dan akan digelar konferensi keempat dalam waktu dekat namun belum pasti sebab tersedot dengan aksi mogok makan tawanan Palestina di penjara Israel.

Berapa jumlah pengungsi Palestina di dalam dan luar negeri?

Jumlah warga Gaza 1,7 juta, 1,2 jutanya adalah pengungsi. Di Tepi Barat ada ada 3 juta warga Palestina, pengungsi 700 ribu. Di Jordania ada 4,5 juta warga Palestina dan 2 jutanya adalah pengungsi dan sisanya dianggap sebagai warga Jordania. Di Libanon ada 430 ribu pengungsi. Di Suriah sekitar 460 ribu pengungsi Palestina, di Eropa sekitar 400 ribu pengungsi Palestina, di negara-negara Teluk sebanyak 700 ribu disamping yang lainnya tersebar di sejumlah negara lainnya. Itu hanya jumlah perkiraan.

Di tengah tumbuhnya pemukiman Israel, apakah itu merupakan eksekusi hak kembali pengungsi Palestina?

Ada beda antara pemukiman di tanah jajahan tahun 1967 dan hak kembali pengungsi ke wilayah yang dijajah Israel tahun 1948. Hak kembali pengungsi akan ke wilayah Palestina Dalam (1948). Ketika kita katakan “tidak mengakui Israel” maka yang kami maksud adalah tidak mengakui kecuali hak Palestina. namun pemukiman sekarang ini mengambil apa yang tersisa dari tanah Palestina atau tanah yang dijajah tahun 1948. Ada 530 desa Palestina yang diusir dari sana warga Palestina yang kini jadi pengungsi dan disanalah Israel tinggal sekarang.

Pendapat Anda, apakah ada konsesus Arab soal hak kembali pengungsi Palestina?

Sikap Arab dahulu, sejak tahun 50an sangat baik dan berpegang teguh dengan hak kembali dan menolak pemberian kewarganegaraan. Mereka juga memperlakukan pengungsi Palestina dengan baik sebagaimana warga Arab lainnya. Namun sejak prakarsa-prakarsa yang ada soal jumlah pengungsi Palestina dan solusi adil yang disepakati, terjadilah penyia-nyiaan terhadap pengungsi Palestina sebab ia menjadi kasus tawar menawar. Para perunding Palestina merundingkan kembalinya pengungsi Palestina yang jumlah 100 ribu. Kemudian jumlah itu berkurang dan berkurang hingga habis. Kami berharap negara-negara revolusi Arab melakukan perubahan mendasar tentang realita isu pengungsi.

Apakah pengungsi Palestina menyadari pentingnya berpegang teguh dengan hak kembali?

Tentu, mereka berpegang teguh dengan hak kembali. Namun mereka memiliki perasaan bahwa masalah ini berat. Padahal di tengah perpecahan Palestina yang ada ini. Namun ini masih memungkinkan untuk keluar dari sikap bersatu soal hak kembali. Ini kembali menenangkan pengungsi Palestina dan memberikan harapan besar di masa depan. Kami berharap dari Arab di negara-negara asing untuk bergerak secara lebih besar sebab kinerja mereka lemah. Harus ada efektifitas peran komunitas-komunitas di sana untuk menyampaikan gambaran Palestina kepada bangsa-bangsa dunia yang selama ini mendukung Israel tanpa pemahaman yang jelas. (bsyr)

Kemantapan Da'i Menghadapi Situasi Sulit, Rumit dan Tak Sesuai Harapan


Dalam realitas medan dakwah, setiap aktivis akan berhadapan dengan berbagai macam kondisi dan situasi yang tidak semuanya sesuai dengan yang diharapkan. Saat menunaikan amanah dakwah, kader harus menghadapi situasi yang sulit bahkan rumit. Secara manusiawi, bisa muncul perasaan khawatir –bahkan takut—ketika menghadapi resiko atau situasi yang tidak dikehendaki.

Perasaan takut atau khawatir yang muncul pada diri aktivis dakwah adalah sesuatu yang bersifat manusiawi, namun harus mampu dikendalikan dan dikuasai agar tidak menghalangi penunaian amanah dakwah. Perasaan seperti itu pernah dimiliki pula oleh Nabi yang sangat kuat dan perkasa, Musa As. Perhatikan ungkapan ayat-ayat berikut :

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): “Datangilah kaum yang zalim itu, (yaitu) kaum Fir’aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” Berkata Musa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.” Allah berfirman: “Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)” (Asy Syu-ara’ : 10 – 15)

Dalam ayat-ayat di atas, Musa merasa takut atau khawatir bahwa dirinya akan didustakan bahkan dibunuh. Musa mengatakan dia berdosa terhadap orang-orang Mesir (walahum ‘alayya dzanbun) adalah menurut anggapan orang-orang Mesir itu, karena sebenarnya Musa tidak berdosa sebab dia membunuh orang Mesir itu tidak dengan sengaja. Selanjutnya bisa dilihat pada surat Al Qashash ayat 15.

Beberapa pelajaran Fiqih Dakwah yang bisa diambil dari rangkaian ayat-ayat di atas antara lain:

1. Nabi Musa pun memiliki perasaan takut atau khawatir dalam menunaikan amanah dakwah

Perhatikan curhat Nabi Musa kepada Allah Ta’ala dalam ayat di atas. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku”. Dalam penggalan ayat berikutnya, Nabi Musa mengatakan, “…maka aku takut mereka akan membunuhku”.

Nabi yang dikisahkan memiliki fisik yang kuat, memiliki kekuatan yang hebat, namun masih memiliki perasaan khawatir atau takut ketika hendak menjalankan perintah dari Allah. Sesungguhnya perasaan seperti ini memang sangat manusiawi, namun tidak boleh digunakan sebagai pembenar untuk tidak melaksanakan tugas dakwah. Perasaan khawatir dan takut itu harus segera diatasi dan dikuasai agar tidak melalaikan amanah dakwah.

2. Nabi Musa mampu menguasai perasaan takut dalam dirinya

Kendati Nabi Musa menyatakan perasaan takut dan khawatir, namun tidak ada ungkapan permakluman atau meminta izin kepada Allah agar diberikan keringanan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kadang dijumpai sebagian aktivis menolak melaksanakan suatu amanah dakwah, hanya dengan pertimbangan perasaan takut dan khawatir. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan, karena berarti sang aktivis tidak mampu menguasai perasaannya.

Justru Nabi Musa meminta kepada Allah agar diberi teman, yaitu Harun, untuk bersama-sama menunaikan perintah Allah. Artinya, perasaan takut dan khawatir dalam dirinya tidak dibiarkan berkembang menjadi sifat pembangkangan dan penolakan terhadap perintah Allah. Sudah selayaknya para aktivis dakwah mengambil pelajaran penting dari sikap Nabi Musa ini. Tidak pantas bagi aktivis dakwah untuk mengelak dari amanah dakwah hanya karena pertimbangan ketakutan atau kekhawatiran.

Perasaan semacam itu wajar dan manusiawi, namun harus dikuasai dan diarahkan agar tidak menyebabkan lalai dari amanah dakwah.

3. Pentingnya teman yang menguatkan pelaksanaan amanah dakwah

Ketika Nabi Musa mendapatkan perintah untuk menghadapi Fir’aun sendirian, terbayang betapa kesulitan akan menghadang dirinya yang memiliki keterbatasan. Ungkapan Nabi Musa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku” menandakan kekhawatiran Nabi Musa bahwa dirinya akan didera emosi atas pengingkaran Fir’aun, sehingga membuat Musa tidak lancar berkomunikasi menyampaikan peringatan kepadanya.

Selanjutnya Nabi Musa meminta kepada Allah agar diberikan teman untuk menunaikan perintah Allah tersebut sehingga bisa lebih tenang. Ungkapan Nabi Musa “…..maka utuslah (Jibril) kepada Harun…” maksudnya agar Harun diangkat menjadi Rasul untuk membersamainya dalam menunaikan perintah Allah. Ini memberikan pelajaran tentang pentingnya teman dan kebersamaan yang akan menguatkan pelaksanaan amanah dakwah.

4. Pentingnya pendekatan kepada Allah untuk mendapatkan kekuatan jiwa

Ketika menghadapi perasaan yang takut dan khawatir menghadapi Fir’aun dan kaumnya, Nabi Musa segera memohon kekuatan kepada Allah. Munajat dan pendekatan kepada Allah sangat penting dilakukan setiap saat oleh para aktivis dakwah, karena hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Seluruh makhluk adalah lemah, hanya Allah yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tidak terbatas dan tidak tertandingi.

Mendekat kepada Allah akan menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran. Untuk itu para aktivis dakwah harus memiliki aktivitas ruhaniyah untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, agar Allah memberikan kekuatan, kemampuan dan kelancaran dalam menjalankan amanah dakwah. Suksesnya dakwah bukan semata ditentukan oleh kehebatan sang aktivis, namun yang menentukan kesuksesan hanyal Allah Ta’ala.[]

Emil Salim, Peduli Lingkungan karena Pengaruh Sang Ibunda


Jakarta Nama Emil Salim dan lingkungan hidup seolah tak bisa dipisahkan. Kepeduliannya pada lingkungan membuat Emil Salim pernah dipercaya sebagai menteri yang mengurusi lingkungan hidup. Rupanya kepedulian Emil pada lingkungan karena pengaruh ibundanya.

"Ibu saya mengajarkan hubungan antara Tuhan, Alam, dan Manusia. Ya dari situ semua yang membuat saya peduli dengan lingkungan," ujar Emil di sela-sela penyerahan penghargaan dari World Wide Fund (WWF) The Leader of Living Planet Award di Auditorium Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara, Jumat (14/9/2012).

Sang ibunda juga memberikan filosofi tentang hubungan manusia yang mendalam terhadap mantan Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup ini. Dia pun teringat kenangan saat kecil dulu. Kenangan ketika dia diajak oleh orang tuanya untuk melihat jalur migrasi gajah di Pulau Sumatera.

"Bapak saya itu bertanggung jawab bikin jalan. Waktu saya kecil diajak untuk melihat dan mencari jalur gajah," ucap pria kelahiran Lahat, Sumatera Selatan, 8 Juni 1930 ini.

Dia menerangkan gajah di Sumatera Selatan ada yang bernama elephant trail. Emil berpesan di daerah yang terdapat populasi gajah, maka manusia jangan pernah memotong jalan gajah.

"Karena gajah itu nggak tahu apa-apa, terbukti tahun 2000-an ada gajah menabrak transmigran. Gajah nggak tahu apa-apa karena dia hanya mengikuti instingnya," kata pria yang kini menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.

Karena perhatian besarnya pada lingkungan, Emil pun diganjar penghargaan dari World Wide Fund (WWF) The Leader of Living Planet Award. Emil Salim mendapatkan penghargaan yang sama dengan yang didapatkan mantan Sekjen PBB Kofi Annan karena sumbangannya terhadap lingkungan.

Saat menerima penghargaan itu, Emil mengenakan batik cokelat dan datang dengan didampingi istrinya yang mengenakan gaun hijau. Penghargaan untuk Emil diberikan dalam bentuk piagam berbingkai hitam. Dengan penghargaan tersebut, berarti Emil Salim dinilai telah berkontribusi secara signifikan terhadap pelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Dirjen WWF International, James P. Leape, dan disaksikan oleh Chair of the Board WWF Indonesia, Kemal Stamboel, dan CEO WWF Indonesia, Efransjah dalam acara perayaan 50 Tahun Misi WWF di Indonesia. Emil pun menyambut baik penghargaan tersebut.

Penghargaan The Leader of Living Planet ini dikeluarkan pertama kali pada tahun 2000. Para tokoh dunia yang pernah menerima penghargaan tersebut antara lain Kofi Annan, Menteri Perikanan Norwegia, Perdana Menteri China, dan Menteri Bidang Pengairan Perancis. Ketika disebutkan Sekjen PBB Kofi Annan pernah menerima penghargaan serupa, Emil mengaku tidak begitu mengetahui. Namun menurut dia, inti penghargaan tersebut adalah kepedulian pada kelestarian planet Bumi.

"Saya kira begitu, intinya living planet. Bagaimana Bumi ini bisa jadi hidup? Bukan hanya membangun benda mati, tapi sustainable growth," ujar pria yang juga pernah menjabat sebagai Guru Besar FE Universitas Indonesia tersebut.

Israel Makin Ekstrim, Arab Masih Tidur Israel Makin Ekstrim, Arab Masih Tidur


Apakah aksi anti Islam membangkitkan perasaan umat Islam dari kondisi tragisnya dan mengembalikan kekuatan dan posisinya? Apakah itu mampu menekan bangsa-bangsa barat yang setiap tahun melahirkan kelompok ekstrim dari Salibis, Zionis yang menfitnah dengan mengolok-olok Islam, Nabi Muhammad saw. Mereka juga mendapatkan dukungan dan legitimasi dari pemerintah resmi mereka dan partai-parti yang ada. Mereka justru membela kejahatan atas nama kebebasan dan atas nama seni.

Secara umum Umat Muslim sudah bosan dengan fenomena nagatif yang berulang-ulang setiap tahun ini. Mereka bosan terhadap diplomasi bohong dari Negara-negara penguasa. Dari sanalah, sekelompok umat keluar dari kebosanan, hanya sekadar mengecam kepada pembelaan riil terhadap diri, perasaan dan agama. Mereka kemudian membunuh – dengan murka – sejumlah diplomat Amerika di Benghazi, Libia berangkat dari perasaan membela Nabi dan perasaan marah terhadap Amerika yang menggelar kejahatan menghina dan yang tergiur iming-iming zionis.

Kemarahan itu tidak satu tingkat. Menahan amarah di kalangan kelompok dan sejumlah person secara umum memang mustahil dihilangkan dalam banyak kesempatan. Menghina Nabi Muhammad seharusnya sesuatu yang tak mungkin (tidak boleh) terjadi di era luar angkasa dan komunikasi canggih. Siapapun yang melecehkan perasaan beragama dan akidah maka dia akan terbakar sendiri. Sebab cara diplomasi dan halus hanya akan menguap di hadapan rasisme agama.

Mereka yang membakar kedutaan besar Amerika di Benghazi, Libiadan membunuh dubes Amerika tidak mungkin dikategorikan kepada kelompok teroris sesuai dengan standar Amerika. Mereka adalah kelompok yang marah. Mereka adalah kelompok rakyat yang digiring oleh perasaan marah dengan cara seperti itu. Meskipun, kita mengakui bahwa membunuh dan membakar bukan cara umat Islam yang sesuai dengan syariat dalam menghadapi tindakan penghinaan agama berkali-kali. Mereka sudah bisa dipastikan bukan kelompok teroris. Penegasan dari pemerintah resmi Libia menegaskan hal itu.

Ancaman presiden Amerika Barack Obama dan penegasannya bahwa dirinya menghargai agama Islam tidak akan bermanfaat buat kita di tengah penghinaan berulang-ulang terhadap Islam dan nabi Muhammad di barat. Masalah ini membutuhkan “legalitas undang-undang” mencegah hal itu kembali terjadi. Harus ada hokum yang memberikan sanksi kepada orang yang mempermainkan dan memprovokasi bangsa lain dalam masalah kepercayaan dan agama. Tanpa undang-undang dan hokum yang tegas maka fenomena tindakan ini dan responnya akan berulang. Tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikan dampak dan efeknya.

Kita di Palestina setiap hari mengalami pelanggaran dan tindakan rasisme agama yang menghina dan menistakan islam dan umat Islam, menistakan masjid dan perasaan umat Islam. Kemarin saja Israel ingin merayakan pesta miras di Masjid Ber Seba yang bersejarah itu. Sekarang mereka menggela pesta dansa dansi yang mereka sebut sebagai pesta Talmud di kawasan istana peninggalan Daulah Umaiyah yang berdempetan dengan mihrab Masjid Al-Aqsa. Namun dunia tak pernah berkutik dan kini yang tersisa hanya Masjid Al-Aqsha.

Israel dan zionislah di belakang aksi pemanfaatan rasisme agama ini. Mereka ingin menenggelamkan dunia dalam perang salib baru. (bsyr)
 

World News

.

Sosok

Sosok

Trending Template

.

Analisa

Analisa
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Tarbiyatuna - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger